Cute Kawaii Hissy Fit Kaoani

Senin, 12 Desember 2011

Analisis Novel "Cintaku Bersemi di Padang Arafah" karya Ravianty Doni

,
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan dalam satu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa. Pernyataan di atas mengandung makna bahwa  manusia menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan, pengetahuan, pemikiran, dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya.
Dalam ilmu sastra yang dimaksud dengan penelitian adalah kegiatan untuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyajikan hasil penelitian. Sebagaimana penelitian dalam ilmu sosial dan humaniora. Penelitian ilmu sastra merupakan usaha kongkret, dilakukan dengan sengaja, sistematis, dengan sendirinya menggunakan metode dan teori secara formal. Tujuannya adalah menemukan prinsip-prinsip baru yang belum ditemukan oleh orang lain. Fokus penelitiannya terletak dalam antar hubungan gejala-gejala yang bermasalah, yang belum dipecahkan atau sebaliknya sudah dipecahkan tapi belum direvisi, diperluas, diperdalam, atau ditolak sama sekali.
Menurut Aristoteles karya sastra dapat digolongkan dalam beberapa kriteria. Dipandang dari segi perwujudannya karya sastra memiliki beberapa kriteria. Salah satu kriteria tersebut adalah teks naratik (epik) yang meliputi novel, roman, dan cerpen. Dalam salah satu novel yang merupakan salah satu bentuk karya sastra, terdapat unsur intrinsik dan ekstrinsik yang selalu melingkupi jalan ceritanya. Unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra meliputi tema, alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sudut pandang, amanat. Namun, penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini hanya meneliti unsur tokoh, alur, dan latar serta hal-hal yang menarik yang terdapat dalam novel yang akan diteliti.
Novel yang berjudul Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianti Doni merupakan salah satu novel yang diteliti oleh peneliti, dalam hal ini penelitian akan dilakukan oleh EKA MUSTIKA. Novel yang berjudul Cintaku Bersemi di Padang Arafah merupakan  salah satu novel yang menampilkan unsur alur, latar, dan tokoh. Untuk lebih memahami dan mengetahui secara jelas unsur-unsur tersebut, maka dilakukan penelitian terhadap karya sastra yang dimaksud dalam hal ini novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah. Selain itu, hal yang dianggap menarik dalam novel ini juga akan diuraikan dalam penelitian ini.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam menganalisis novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Revianty Doni yaitu pendekatan struktural. Dipilihnya pendekatan ini untuk menganalisis struktur alur, latar, dan tokoh dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Reviaty Doni ini didasarkan pada kenyataan bahwa  karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

1.2    Masalah

Berdasarkan uraian singkat yang tertuang pada latar belakang, maka masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni meliputi:
1.    Bagaimana struktur alur yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni!
2.    Bagaimana struktur tokoh yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni!
3.    Bagaimana struktur latar  yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni!
4.    Apa saja hal menarik yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni?

1.3    Tujuan

Melalui penelitian ini, peneliti memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai, diantaranya :
1.    Mendeskripsikan struktur alur yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni!
2.    Mendeskripsikan struktur tokoh yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni!
3.    Mendeskripsikan struktur latar yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni!
4.    Mendeskripsikan hal menarik yang  terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni!
1.4    Manfaat

Penelitian ini dapat bermanfaat :
1.    Untuk memudahkan pembaca dalam memahami struktur alur, tokoh, dan latar yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni.
2.    Dapat melatih keterampilan mahasiswa dalam menganalisis sebuah novel.
3.    Sebagai literatur bagi mahasiswa yang belum pernah melakukan penelitian dan hendak melakukan penelitian terhadap sebuah karya sastra dalam hal ini novel agar di dalam melakukan penelitian dapat dilaksanakan dengan mudah.
 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Novel

Novel menurut bahasa artinya kabar/pemberitaan, namun secara istilah artinya bentuk prosa yang   ringkas isinya, lebih terbatas daripada roman dan lebih panjang daripada cerpen, sedangkan sifat dan perbuatan pelaku-pelaku dalam novel tidak diuraikan secara panjang lebar seperti roman.
Batasan atau definisi novel menurut beberapa sastrawan  adalah sebagai berikut :
1.    Menurut Paulus Tukam,S.Pd.
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.
2.    Menurut HB Jassin
Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita dan yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan orang-orang yang mengalihkan tujuan nasib mereka.
3.    Menurut Virgina Hole
Novel adalah suatu kronis kehidupan merenungkan dan melukiskan dalam bentuk tertentu, pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran atau tercapainya gerak-gerik manusia.

Novel bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik, dan dengan demikian juga memberikan hiburan  pada kita tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Syarat utama novel adalah bahwa ia harus menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang membacanya. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya.
Adapun kesimpulan dari uraian di atas mengenai pengertian novel bahwa novel adalah hasil seseorang kreatif seseorang yang disajikan melalui atau dalam bentuk tulisan yang bersifat cerita dan menceritakan. Novel juga menyajikan bukan kenyataan yang ada dalam dunia ini, tetapi perlambangan dari kenyataan itu.

2.2 Konsep Alur dan Pengaluran

Menurut kamus istilah sastra yang disusun oleh Panuti Sudjiman, alur adalah rangkaian peristiwa yang direkan dan dijalani dengan seksama yang menggerakkan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1986:43).
Tahap-tahap peristiwa dalam alur, yaitu sebagai berikut:
1.    Tahap situation atau tahap perkenalan
2.    Tahap generating circumstance atau tahap pemunculan konflik.
3.    Tahap usiang action atau tahap peningkatan konflik.
4.    Tahap klimax atau tahap puncak dari konflik
5.    Tahap denoument atau tahap penyelesaian.
Alur dapat dibina secara lurus, di mana cerita dibangun secara kronologis. Peristiwa demi peristiwa berkaitan langsung satu sama lain hingga cerita berakhir. Alur juga dapat dibangun secara episodik, di mana cerita diikat oleh episode-episode tertentu. Setiap episod ditemukan gawatan, klimaks, dan leraian. Alur juga dapat dibangun dengan cara sorot balik atau alur maju (foreshadowing). Sorot balik adalah paparan informasi atau peristiwa yang terjadi di masa lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa kini, sedanghkan foreshadowing merupakan wujud ancang-ancang untuk menerima peristiwa-peristiwa tertentu yang nanti akan terjadi.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar.
•    Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya percabangan cerita.
•    Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya percabangan cerita.
Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan atas alur lurus dan alur tidak lurus.
•    Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal hingga  akhir cerita.
•    Alur tidak lurus adalah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa yang tidak berurutan dari awal hingga akhir cerita.

Kesimpulan
Melihat uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa alur merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi di dalam cerita yang dialami para tokoh mulai dari awal hingga akhir cerita tersebut.

2.3 Konsep Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku umum dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh yang utama.
Tokoh, dapat dibedakan  menjasi dua jenis, yaitu:
1.    Tokoh datar (flash character) ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja.
2.    Tokoh bulat (round character) adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan, dan kelemahannya.
Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protogonis dan antagonis.
•    Tokoh protogonis adalah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya yang baik.
•    Tokoh antagonis adalah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya yang buruk.
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.    Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
2.    Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral.
Penokohan atau perwatakan tokoh ialah teknik-teknik atau cara menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh, yaitu:
•    Cara analitik, ialah cara menampilkan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi, pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung.
•    Cara dramatik, ialah cara menyampaikan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam alur cerita.
Kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang menjalani atau melakoni segala  rangkaian peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita.

2.4 Konsep Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat dan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Sedangkan pelataran adalah teknik atau cara-cara menampilkan latar.
Stanton menyebutkan bila latar adalah  lingkungan yang memayungi sebuah peristiwa. Latar merupakan tempat terjadinya cerita atau peristiwa pada waktu tertentu. Di dalam latarlah para tokoh melakukan adegan demi adegan sesuai perwatakannya masing-masing. Karena latar melingkupi waktu, alat, dan latar sosial sebuah cerita berlangsung.
Melalui analisis terhadap  latar ini, seseorang dapat mengetahui bagaimana keadaan, pekerjaan atau status sosial para tokoh. Sering kali latar juga berkaitan erat dengan nasib seorang tokoh dalam sebuah teks. Artinya, lingkungan sekitar kerap memberikan efek secara langsung terhadao apa yang dikerjakan seorang pelaku.

Secara umum, latar dibagi menjadi:
1.    Latar tempat
Latar tempat adalah tempat atau daerah terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Sangat mungkin latar tempat sebuah teks prosa terdapat dalam sebuah ruangan yan tidak menutup kemungkinan latar tempat terjadi di ruang lingkungan. Di jalan atau di sebuah kota.
2.    Latar waktu
Latar waktu adalah latar terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Latar waktu  bisa berupa detik, menit, hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya. Tetapi juga mungkin pengarang tidak menentukan secara persis tahun, tanggal atau  hari terjadinya peristiwa namun hanya menyebutkan soal hari raya Idul Fitri, Natal, tahun baru, dan sebagainya yang pada akhirnya juga akan mengacu pada waktu seperti tanggal dan bulan, tergantung latar tempat dalam cerita.
3.    Latar benda
Latar benda adalah alat-alat yang digunakan oleh tokoh dalam sebuah cerita dan berhubungan dengan keadaan suatu lingkungan tertentu. Misalnya laptop, buku, pena, buku catatan, dan lain-lain. Yang merupakan alat-alat khas yang dimililiki mahasiswa.
4.    Latar sosial
Latar sosial adalah lingkungan hidup dan sistem kehidupan yang ada di tengah-tengah para tokoh dalam sebuah cerita. Pada umumnya latar sosial berhubungan erat dengan tiga latar lainnya. Misalnya seorang mahasiswa umumnya tinggal di kost dan hanya memiliki dua buah gelas di kamarnya an seseorang bisa dipastikan menduduki kelas sosial yang tinggi dalam sistem kehidupan bila memiliki sopir dan pergi dengan alat transportasi mobil BMW.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latar merupakan tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Tempat di sini dapat berupa daerah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita, sedangkan waktu yakni dapat berupa hari.

2.5 Hal Menarik

Seorang yang ingin menghasilkan sebuah karya sastra. Baik itu prosa, puisi maupun drama, haruslah memikirkan hal yang menarik yang akan diketengahkan pada karyanya. Dengan adanya hal menarik tersebut, maka pembaca akan merasa terhibur setelah membaca karya sastra tersebut. Hal menarik yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah yakni kesetiaan dan kesabaran Mim dalam menunggu Nun selama 10 tahun.
 
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode formal yaitu suatu analisis yang mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk yaitu unsur-unsur karya sastra. Dalam hal ini unsur intrinsik dalam karya sastra khususnya alur, tokoh, dan latar. Dan juga menggunakan metode deskriptif maksudnya adalah penggambaran atau penyajian data berdasarkan kenyataan-kenyataan secara objektif sesuai data yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni. Dikatakan kualitas karena di dalamnya tidak menggunakan prinsip-prinsip karena statistik tetapi berepdoman paa teori-teori sastra yang mendukung penelitian ini. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan

3.2 Data dan Sumber

Sumber data pada penelitian ini adalah novel yang berjudul Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni. Novel ini diterbitkan oleh Cakrawala, Yogyakarta pada tahun 2008. jumlah halaman pada novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni ini setebal 132 halaman. Selain diisi dengan dialog-dialog, novel ini juga banyak mengandung puisi yang sesuai dan relevan dengan situasi atau jalan cerita novel tersebut.


3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode  library research atau studi kepustakaan. Library research bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam materi yang terdapat dalam ruang perpustakaan, misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, dokumen, dan lain-lain.

3.4 Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis dan identifikasi. Teknik analisis digunakan untuk membagi unsur-unsur intrinsik novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah ke dalam a lur, tokoh, dan penokohan, serta latar, sedangkan teknik identifikasi digunakan untuk menyebutkan atau menjelaskan ciri-ciri atau unsur pengenal atau penanda alur, tokoh, maupun latar yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan struktural (objektif) yaitu sebuah pendekatan yang digunakan dalam rangka membagi alur, latar, dan tokoh, yang mana ketiga unsur ini termasuk dalam aspek struktural sebuah karya sastra.
 
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Alur

Dalam karya sastra, alur digambarkan sebagai suatu jalinan peristiwa yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Adapun analisis alur novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah dengan menggunakan metode sekuen, yakni sebagai berikut:.
1.    Mim seorang gadis berusia 20 tahun
2.    Mim kuliah di Fakultas Hukum di Jogjakarta
3.    Mim konsultasi skripsi kepada dosen pembimbingnya Prof. Bamb
4.    Prof. Bams tidak setuju denga judul skripsi Mim yang membahas tentang Leonardo Da Vinci.
5.    Prof. Bams menasehati Mim dengan bijaksana
6.    Prof. Bams  mengakhiri bimbingan skripsi dengan mahasiswanya.
7.    Mim sibuk mengatur kamera digitalnya di atas tripoid.
8.    Prof. Bams dan Mim berpose narsis di depan kamera.
9.    Mim pergi ke tempat parkiran.
10.    Mim menaiki sepeda motor automatiknya.
11.    Mim singgah di tokoh souvenir.
12.    Mim bertemu dengan nenek Weda.
13.    Mim membeli gantungan kunci pada suku Asmat.
14.    Mim hendak  pulang.
15.    Mim pamit kepada nenek Weda dengan melambaikan tangannya.
16.    Mim  sampai di rumah.
17.    Mim menemukan saudara laki-lakinya (Alif) yang hendak shalat berjama’ah dengan sohib-sohibnya para group peneliti fangki.
18.    Alif dan sohib-sohibnya Coki, Uwes, dan Didi suka melakukan penelitian.
19.    Alif mengajak Mim untuk shalat berjama’ah
20.    Mim berwudhu
21.    Setelah shalat berjama’ah dilanjutkan dengan membaca surah Yasiin yang ditujukan untuk ayah ibu Mim dan Alif yang telah meninggal.
22.    Mim dan Alif adalah anak yatim piatu yang hidup dari warisan ayah dan ibunya yang Insya Allah mencukupi.
23.    Waktu makan siang tiba Alif memesan tempe penyet delivery.
24.    Pukul  9 malam setelah makan malam bareng dan shalat isya bareng Uwes, Coki, dan Didi pamit pulang.
25.    Alif beristirahat di kamar.
26.    Mim menuju kamar ayah ibunya yang tidak ditempati.
27.    Mim membuka lemari ayah ibu.
28.    Mim mengambil dasi merah kesukaan ayah.
29.    Mim menangis karena rindu pada ayah dan ibunya.
30.    Mim membawa dasi tersebut ke kamarnya.
31.    Mim mengikat dasi tersebut di dahinya.
32.    Mim membayangkan ibunya.
33.    Mim menumbuhkan semangat pada dirinya sendiri.
34.    Mim lembur mengerjakan revisi skripsinya.
35.    Mim hendak menyebrang ke halte bis di seberang jalan dari teras gudeg Bu Juminten.
36.    Alif mengantarkan Coki donor darah.
37.    Mim telat masuk  kelas 10 menit.
38.    langkah pertama Mim diiringi tiga orang tanpa basa-basi, untuk menyeberang bersama di bawah payung bermotif globe bumi.
39.    Dua orang pergi begitu saja.
40.    Satu orang remaja pria menarik tangan Mim dan memaksa untuk terus berjalan.
41.    Mim sampai di depan rumah kuno dan besar.
42.    Pria itu memakai kacamata hitam.
43.    Pria itu menatap Mim.
44.    Pria itu masuk ke rumah kuno dan besar.
45.    Pria itu hilang di balik pintu rumah kuno dan besar.
46.    Mim teringat denga kelas musiknya.
47.    Mim bergegas pergi.
48.    Mim bertemu denga Bibe, seorang office lady di sekolah.
49.    Bibe mengambil kunci kelas.
50.    Mim tergoda untuk menggoda ikan latihan kesayangan Bibe.
51.    Bibe menerima telepon.
52.    Mim menjarah sebuah piano.
53.    Bibe menutup teleponnya.
54.    Bibe menyerahkan kunci kelas pada Mim.
55.    Guru Abu datang.
56.    Mim kaget.
57.    Mim mengagumi guru Abu.
58.    Mim jatuh cinta pada guru Abu.
59.    Pertemuan kelas kelas musik.
60.    Jemari Mim bergetar.
61.    Guru Abu protes.
62.    Mim relax sejenak.
63.    Guru Abu keluar ruangan.
64.    Mim cuci muka.
65.    Mim membuka pintu kelas.
66.    Guru Abu berdansa sendiri.
67.    Jam untuk kelas musik minggu ini telah selesai.
68.    Langkah Mim terhenti di depan pintu.
69.    Guru Abu akan menjemput Mim malam ini jam 8.
70.    Guru Abu pergi.
71.    Mim merasa bahagian diajak guru Abu.
72.    Mim menabrak seseorang.
73.    Mim membopong orang yang ditabraknya.
74.    Orang itu menolak pertolongan Mim.
75.    Orang itu meninggalkan Mim.
76.    Orang itu adalah seorang remaja pria.
77.    Mim membujuk remaha pria itu.
78.    Mim diabaikan.
79.    Mim merasa sedih dan putus asa.
80.    Mim menangis.
81.    Mim mengikuti remaja itu.
82.    Mereka sampai di depan rumah kuno dan besar.
83.    Remaja pria itu mengajak Mim masuk ke dalam rumah kuno dan besar.
84.    Mim dibukakan pintu oleh seorang pria paru baya.
85.    Mim bercerita pada pria paru baya.
86.    Pria setengah baya tersebut adalah paman Hasan.
87.    Remaja pria tadi bernama Nun.
88.    Mim pulang tanpa bertemu dengan Nun.
89.    Mim harus bersiap-siap untuk pergi dengan guru Abu.
90.    Guru Abu mempersilahkam Mim naik ke mobil.
91.    Guru Abu dan Mim berangkat.
92.    Guru Abu dan Mim berhenti di sudut pasir.
93.    Mim sakit demam tinggi.
94.    Mim muntah-muntah di kamar mandi
95.    Mim menuju lobi rumah sakit.
96.    Mim bertemu paman Hasan.
97.    Nun sakit.
98.    Mim menjenguk Nun.
99.    Nun terbaring tidur pulas.
100.    Mim tertidur.
101.    Nun menangis.
102.    Mim memberikan mawar putih.
103.    Nun ulang tahun.
104.    Mim pulang.
105.    Mim bahagia.
106.    Mim shalat maghrib dan isya di masjid kampus.
107.    Mim berjalan-jalan melepas lelah di jalan Malioboro.
108.    Mim melihat guru Abu menggandeng wanita.
109.    Mim patah hati.
110.    Nun menelpon Mim.
111.    Mim menginap di rumah Nun.
112.    Mim dan paman Hasan bercakap-cakap.
113.    Paman Hasan bercerita tentang Nun dan dirinya.
114.    Nun bersilaturahmi di rumah Mim.
115.    Nun pulang, dijemput paman Hasan.
116.    Guru Abu mengajak Mim makam malam.
117.    Guru Abu memberikan cincin bermata giok hijau pada Mim.
118.    Nun memberikan setangkai bunga mawar merah pada Mim.
119.    Mim bingung.
120.    Guru Abu dan Nun berbicara empat mata.
121.    Nun terbaring sakit di kamarnya.
122.    Gejala penyakit Nun adalah gejala penyakit Aviccena.
123.    Paman Hasan menjemput Mim  untuk menemani Nun.
124.    Nun kembali ceria.
125.    Nun dan Mim berbincang-bincang.
126.    Alif melukis Mim dan Nun yang sedang menunggang kuda.
127.    Nun akan pergi ke Islamabad, Pakistan.
128.    Alif, Mim, dan Guru Abu mengantar Nun dan paman Hasan ke Bandara.
129.    Nun dan paman Hasan akan pergi ke Pakistan untuk menemui ibu Nun.
130.    Penerbangan Nun semakin hilang.
131.    Mesin pesawat yang ditumpangu Nun mati satu.
132.    5 menit kemudian mesin di sayap kiri mati.
133.    Pesawat Nun meluncur ke bawah, semakin jauh jatuh ke bawah, hilang!!
134.    Seorang bocah kecil bertanya kepada seorang wanita cantik dan menawarkan bantuan.
135.    Seorang wanita cantik sedang kebingungan.
136.    Wanita itu kehilangan putrinya.
137.    Wanita cantik itu bertemu dengan putrinya.
138.    Pangeran kecil tersebut bernama Nun.
139.    Umi Nun menyiapkan makan malam.
140.    Nun kecil sibuk menerbangkan pesawatnya dengan remote kontrol.
141.    Abi Abu datang.
142.    Abi Abu mengajak Nun kecil pulang.
143.    Nun kecil tertidur di depan televisi.
144.    Mim dan guru Abu berbincang-bincang.
145.    Guru Abu berpamitan pulang
146.    Mim memandang lukisan dirinya dengan Nun.
147.    Mim merindukan Nun.
148.    Memperingati hari Ibu.
149.    Orkestra guru Abu akan menggalang konser orkestra putih.
150.    Ruby Band juga turut memeriahkan.
151.    Konser usai.
152.    Guru Abu, Mim, Alif, dan Pipin sangat bahagia melihat Nun kecil.
153.    Alif dan Mim bersilaturahmi ke rumah guru Abu.
154.    Alif terlibat dan tragedi ketegangan, begitu pun Pipin dan guru Abu.
155.    Mempromosikan pendapat tentang liburan sekolah Nun kecil.
156.    Bali, kata Alif.
157.    Bunaken, kata Pipin.
158.    Danau Toba dan Pulau Samosir, kata guru Abu.
159.    Semua mata tertuju pada Mim dan Nun kecil.
160.    Makkah, kata Nun kecil dan Mim.
161.    Semua sepakat.
162.    Alif memeluk Pipin tanpa sengaja.
163.    Alif dan Pipin terpikat cinta.
164.    Alif dan Pipin saling mencintai.
165.    Alif yakin akan menjadi Imam dalam keluarga nanti.
166.    Pipin siap menjadi istri Alif.
167.    Hubungan Alif dan Pipin direstui.
168.    Pernikahan mereka akan dilaksanakan di Makkah.
169.    Guru Abu, Mim, Alif dan Pipin menyemangati Nun kecil untuk mempermantap hafalannya.
170.    Persiapan-persiapan Umrah telah dilaksanakan.
171.    Dua hari sebelum keberangkatan dilakukan selamatan di rumah Mim dan Alif.
172.    Sehari sebelum berangkat, diadakan selamatan di rumah guru Abu.
173.    Guru Abu, Mim, Alif, Nun, dan Pipin terbang menuju Jeddah.
174.    Shalat di Masjid Nabawi.
175.    Berziarah ke Baqi.
176.    Shala di Masjid Quba.
177.    Jabal Uhud.
178.    Romb ongan mencicipi kurma Ajwa.
179.    Rombongan menuju Makkah Al Mukarramah.
180.    Rombongan menuju Masjidil Haram.
181.    Jama’ah Umrah memulai thawaf umrah dari Hajar Aswad.
182.    Rombongan berkunjung ke Al-Qudaria.
183.    Rombongan Guru Abu berziarah ke padang Arafah.
184.    Rombongan Guru Abu beristirahat.
185.    Mim menikmati pemandangan.
186.    Seorang pria menarik tangan Mim.
187.    Mim ditarik di samping tugu putih.
188.    Mim jatuh berlutut dan menangis.
189.    Pria itu berlutut di hadapan Mim.
190.    Pria itu adalah Nun.
191.    Tugu Putih Jabal Rahmah sebagai tempat yang sangat berarti bagi Mim dan Nun.
192.    Hari terakhir umrah dilaksanakan dua akad nikah yakni Mim dan Nun serta Alif dan Pipin.
193.    Akad nikah yang pertama dilaksanakan adalah Mim dan Nun.
194.    Ayah Ibu Nun telah rujuk menikah.
195.    Akad nikah yang kedua adalah akad nikah Alif dan Pipin.
196.    Guru Abu bahagia melihat orang-orang yang dicintainya bahagia.
197.    Siangnya romobongan guru Abu Check-Out.
198.    Esok siang rombongan tiba di Yogyakarta.
199.    Nun, ayah ibu Nun, serta paman Hasan kembali ke rumah lama.
200.    Alif dan Pipin tinggal di rumah  Alif.
201.    Akhirnya Mim dan Nun dapat menyatu.
202.    Nun kecil menyerbu kamar ayahnya dan menari-nari bahagia.
203.    Guru Abu bercerita kepada  Nun Jacob.
204.    Guru Abu mengakhiri ceritanya.
205.    Nun suka ibu guru baru.
206.    Guru Abu dan Nun terlambat.
207.    Nun tiba di sekolah.
208.    Nun menyapa ibu Guru.
209.    Guru Abu berkenalan dengan Ibu Guru Nun Jacob.
210.    Thank’s Allah, ucap guru Abu, setelah melepas Nun masuk sekolah.

4.2 Analisis Latar

1.    Latar Tempat
Sesuai dengan pembagian latar, dan pengertian pada bab sebelumnya, latar tempat yang ada pada novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Ravianty Doni dapat diuraikan secara mendetail di bawah ini:
1.    Ruang kerja, contoh kutipan yakni “Nonsensen”, ucap seorang pria setenga baya yang bersetelah jas cokelat di ruang kerjanya yang bernuansa coklat.
2.    Area parkit, contoh kutipan yakni “Mim melangkahkan kakinya dengan bersemangat ke arah area parkir kendaraan.”
3.    Toko souvenir, contoh kutipan yakni “Mim singgah sejenak di toko souvenir barang antik dan etnik langganannya menjelang pulang ke rumahnya.”
4.    di Rumah Mim, contoh kutipan yakni “Mim tiba di rumahnya tepat disaat azan maghrib.”
5.    Kamar, contoh kutipan yakni “Menuju kamar ayah ibunya yang tidak ditempati.”
6.    Halte bis dan warung gudeg, contoh kutipan yakni “Mim hendak menyebrang ke halte bis di seberang jalan dari teras warung gudeg Bu Juminten tempat Mim sekarang berteduh.”
7.    Rumah kuno dan besar, contoh kutipan yakni “Mim hendak bertanya disaat pria itu berhenti menarik Mim di depan sebuah rumah kuno dan besar.”
8.    Kamar mandi, contoh kutipan yakni “Mim hendak mencuci mukanya ingin menyadarkan diri. Di saat Mim membuka pintu kelas hendak ke kamar mandi...”
9.    Rumah sakit, contoh kutipan yakni “Maafkan aku, ayo aku antar ke rumah sakit,” kata Mim sngat cepat.”
10.    Ruang tamu, contoh kutipan yakni “Pia setengah baya itu mempersilahkan Mim duduk di ruang tamu di rumah mereka dan meninggalkan Mim sendirian sebentar di sana.”
11.    “Sudut pasir”, contoh kutipan yakni “Sudut pasir”, guru Abu dan Mim berhenti di sudut pasir yang tampaknya sebuah kafe yang baru saja dibuka.”
12.    Kantin rumah sakit, contoh kutipan yakni “Hai, gadis kecil penjual”, panggil Mim mesra pada seorang gadis kecil yang membawa keranjang bungan di kantin rumah sakit.
13.    Kamar VVIP Salsabila no. 3. contoh kutipan yakni “Kebahagiaan menyelimuti kamar VVIP Salsabila no. 3 selama ulang tahun Nun.”
14.    Masjid kampus, contoh kutipan yakni “Mim shalat maghrib dan isya di masjid kampusnya karena perjalanan dari rumah Mim ke rumah sakit cukup jauh.”
15.    Jalan Malioboro, contoh kutipan yakni “Mim memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri melepas lelah di jalan Malioboro.”
16.    Benteng Vredenburg, contoh kutipan yakni “Alif sedang menikmati es krim Cone mereka sambil duduk santai di depan benteng Vredenburg.”
17.    Toko batik, contoh kutipan yakni “Mata Mim tidak sengaja menangkap silvet penampakan guru Abu diantara turis-turis lokal maupun manac di toko batik.”
18.    Sekolah, contoh kutipan yakni “Besok Nun ada ujian di sekolahnya, jadi Nun harus segera tidur”
19.    Pakistan, contoh kutipan yakni “Paman Hasan mengambil napas dan mulai bercerita. “Aku dan Nguma ibunya Nun berasal dari Pakistan.”
20.    Ruangan musik, contoh kutipan yakni “Mim mengantarkan engkong Bobi ke ruangan musik rumah mereka.”
21.    Pantai Parantritis, contoh kutipan yakni “Angin dari laut membuai rambut Alif yang berpakain serba putih mencoretkan rasa keindahan akan keajaiban Allah, Pantai Parantritis di atas kanvas putih.”
22.    Bandara Adi Sudjipto, contoh kutipan yakni “Seminggu kemudian, Alif, Mim, dan guru Abu mengantarkan Nun dan paman Hasan ke Bandara Adi Sucjipto.”
23.    Jakarta, contoh kutipan yakni “Nun dan paman Hasan akan terbang ke Jakarta menuju Pakistan.”
24.    Taman kota, contoh kutipan yakni “Tanya seorang bocah laki-laki kecil pada seorang wanita cantik di taman kota yang sedang kebingungan.”
25.    Ruang TV, contoh kutipan yakni “Suasana di ruang tivi rumah guru Abu sangat menghebohkan sekali”.
26.    Jeddah, contoh kutipan yakni “Esoknya guru Abu, Mim, Alif, Pipin, dan Nun kecil dengan Pesawat Garuda Airways terbang bersama rombongan umrah perjalanan huda terbang menuju Jeddah.”
27.    Madinah, contoh kutipan yakni “Setelah rombongan tiba di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, melanjutkan perjalanan ke Madinah.”
28.    Masjid Nabawi, contoh kutipan yakni “Shalat di masjid Nabawi, melaksanakan sembahyang fardhu dan sunah dhuhah.”
29.    King Fahd Al Qur’an printing, contoh kutipan yakni “Selama di Madinah,  atas nama rombongan group guru Abu boleh berkunjung ke King Fahd Al Qur’an printing.”
30.    Baqi, contoh kutipan yakni “Rombongan guru Abu juga berziarah ke Baqi.”
31.    Masjid Quba, contoh kutipan yakni “Rombongan guru Abu juga berkesempatan shalat di masjid Quba.”
32.    Makkah Al Mukarramah, contoh kutipan yakni “Tibalah saatnya rombongan guru Abu  menuju Makkah Al Mukarramah.”
33.    Masjidil Haram, contoh kutipan yakni “Rombongan guru Abu langsung bertolak menuju Masjidil Haram yang merupakan masjid tertua di dunia.”
34.    Hajar Aswad, contoh kutipan yakni “ Para jamaah umrah memulai tawaf umrah dan Hajar Aswad, batu hitam yang terletak di sudut darimana thawaf dimulai.”
35.    Al-Gudari, contoh kutipan yakni “ “Rombongan guru Abu juga berkunjung ke AL-Gudari, nama suatu jalan di Makkah sekitar 50 meter dari Masjidil haram.”
36.    Padang Arafah, contoh kutipan yakni “ “Rombongan guru Abu juga menyempatkan diri untuk berziarah ke padang Arafah.”
37.    Tugu putih, contoh kutipan yakni “Di pondok bukit tersebut terdapat tugu putih, rombongan guru Abu sedang beristirahat sejenak di sekitar tugu putih ini.”
38.    Hotel Hyatt, contoh kutipan yakni “Siangnya rombongan guru Abu check-Out dari hotel Hyatt, Jeddah. Transfer ke bandara internasional King Abdul Aziz, Jeddah.”
2.    Latar Waktu
Latar waktu yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah, yakni:
1)    Pukul 9 malam, contoh kutipan yakni “pukul  9 malam, setelah makan malam bareng dan shalat isya berjamaah, Uwes. Coki, dan Didi pamit pulang.
2)    10 menit, contoh kutipan yakni “Mim buru-buru sekali harus pergi walau hujan deras, karena Mim sudah telat untuk masuk kelas musiknya semenjak 10 menit yang lalu.”
3)    2 minggu, contoh kutipan yakni “dua minggu setelah launching cafe sudut pasir, Mim sakit demam tinggi sehingga Mim harus diantarkan Alif adik laki-lakinya Mim ke rumah sakit.”
4)    29 Februari hari ini, Nun berusia 17 tahun, contoh kutipan yakni “Kue tar Mocca dengan gula hijau tampak sangat enak. 29 Februari hari ini, Nun berusia 17 tahun.”
5)    Tidak ada lagi yang bicara. Nun masih menahan pergelangan tangan Mim. Pukul 17 malam, hening. Pukul 1 pagi, sunyi senyap. Pukul 2 pagi, Mim tertidur di sofa ruang baca di samping Nun yang masih memegang pergelangan tangan Mim dan tak berhenti menatap Mim. Pukul 3 pagi Mim terbangun dan menemukan Nun yang telah melepas pergelangan tangannya.”
6)    10 tahun, contoh kutipan yakni “namun selama 10 tahun ini, belum juga terdengar kabar tentang Nun dan paman Hasan.”
7)    Abad 21, contoh kutipan yakni “Sejak penampilan pada awal abad ke 21, orkestra putih selalu memainkan paket pergelaran.”
8)    Guru Abu, Mim, Pipin, dan Alif, tiga bulan terakhir ini terus menyemangati Nun kecil yang kemampuan hafalan ayatnya masih terbatas...”
9)    Umrah artinya berkunjung atau berziarah dengan cara tertentu yang biasa disebut juga dengan haji kecil. Dapat dikerjakan di luar musim haji atau pun saat musim haji dan umrah tidak tergantung waktu, artinya dapat dilakukan kapan saja, sepanjang tahun, kecuali di hari Arafah, atau hari raya kurban yang jatuh pada tanggal: 10Zulhijah dan hari-hari tasyrik. (tanggal 11, 12, 13 Zulhijah).

4.3 Tokoh

Mengikuti atau menelusuri jalannya cerita sama halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh-tokoh melalui tindakan-tindakannya. Novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah dapat diketahui bahwa memiliki unsur-unsur intrinsik yang meliputi penokohan-penokohan begitu terlihat dengan berbagai macam karakteristiknya. Adapun tokoh yang terdapat dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah, adalah:
1.    Tokoh utama
- Mim
2.    Tokoh sampingan
    Nun
    Guru Abu
    Alif
    Paman hasan
    Pipin
    Nun kecil
    Nyuma
    Abdul

3.    Tokoh bawahan
    Prof. Bams
    Nenek Wesa
    Bu Juminten
    Uwes, Coki, dan Didi
    Bibe
    Guru Nue
    Dokter
    Mbok Iyem
    Cantika
    Rumi dan Rumi kecil
    Poppy
    Engkong Bobi
    Ibu Fatimah
    Dokter Iwan
    Ibu Chaterine dan barbara
    Anna
    Pak Haji Umar
Peranan tokoh yang digambarkan melalui sifatnya dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah ini adalah:
1)    Tokoh protagonis
•    Mim
•    Nun
•    Guru Abu
•    Alif
•    Paman Hasan
•    Pipin
•    Nun kecil
2)    Tokoh bawahan
•    Prof. Bams
•    Nenek Wesa
•    Bu Juminten
•    Uwes, Coki, dan Didi
•    Bibe
•    Guru Noe
•    Dokter
•    Mpok Iyem
•    Cantika
•    Rumi dan Rumi kecil
•    Poppy
•    Engkong Bobi
•    Ibu Fatimah
•    Dokter Iwan
•    Ibu Chaterine dan Barbara
•    Anna
•    Pak Haji Umar
3)    Tokoh antagonis
•    Nyuma
•    Abdul
Analisis penokohan
1.    Tokoh protagonis
1)    Mim
a.    Melalui penggambaran perilakunya:
Mim shalat isya dan maghrib di masjid kampusnya karena perjalanan ke rumah Mim dari rumah sakit cukup jauh ...
b.    Melalui cuplikan pembicaraan tokoh:
Mim ingin menjadi anak shaleh supaya juga Allah menyayangi ayah ibu Mim. Walau ayah ibu Mim sudah tiada.
Dari cuplikan di atas, dapat diketahui bahwa Mim mempunyai peran protagonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau penyampaian nilai-nilai positif.

2)    Nun
a.    Melalui perkembangan perilakunya:
Pria tadi melepas kacamatanya menunduk dan berlutut di hadapan Mim. Ia mengangkat tangannya, menyapu air mata di wajah Mim.
b.    Melalui cuplikan pembicaran tokoh:
“Nun telah berjanji menjaga Mim bermil-mil sebelum aku tidur dan bermil-mil
 Sebelum aku tidur. Nun sayang Mim,”
Dari cuplikan di atas, dapat diketahui bahwa Nun mempunyai peran yang protogonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
3)    Guru Abu
a.    Melalui penggambaran perilakunya:
Guru Abu menenangkan Mim.
b.    Melalui cuplikan pembicaraan:
“Ok, relax sejenak Mim. Sementara aku keluar sebentar, Mim. Relax, Ok!”
Dari cuplikan di atas, dapat diketahui bahwa mempunyai peran yang protogonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.

4)    Alif
a.    Melalui penggambaran tokoh lain:
Mim harus diantarkan Alif, adik laki-lakinya ke ruamh sakit.
b.    Melalui cuplikan pembicaraan tokoh:
Mim sayang, ayo kita kita shalat berjama’ah, terus kita baca Al Qur’an bareng”.
Dari cuplikan di atas, dapat diketahui bahwa Alif mempunyai peran yang protogonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
5)    Paman Hasan
a.    Melalui penggambaran perilakunya:
Aku datang ke sini membutuhkan pertolonganmu jika kamu tidak berkeberatan. Aku akan menjemputmu untuk menemui Nun, Insya Allah dengan kedatanganmu derita Nun bisa berkurang.
b.    Melalui cuplikan pembicaraan tokoh:
Nun, aku menyayangimu Nun.
Dari cuplikan di atas, dapat diketahui bahwa paman Hasan mempunyai peran yang protogonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
6)    Pipin
a.    Melalui penggambaran perilakunya:
Pipin terharu dan memeluk Nun kecil sebagai luapan rasa harunya.
b.    Melalui cuplikan pembicaraan tokoh
Insya Allah Pipin sudah siap menjadi istri yang saleh buat Alif.
7)    Nun kecil
a.    Melalui penggambaran perilakunya:
Insya Allah saya bisa membantu mencari sang putri, tawar bocah kecil ini tulus.
b.    Melalui cuplikan pembicaraan:
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang bocah laki-laki kecil pada seorang wanita cantik di taman kota yang sedang kebingungan.
2.    Tokoh Antagonis
1)    Nyuma
2)    Abdul
a.    Melalui penggambaran tokoh lain:
Tak disangka-sangka, Nyuma dan Abdul mengambil jalan damai yang aneh. Setelah bercerai, mereka menyerahkan hak asuh Nun padaku sebagai teman karib sekaligus kami sudah menganggap satu sama lain sebagai satu keluarga besar.
b.    Melalui cuplikan pembiaraan tokoh:
Jika aku tidak bisa memilik Nun, maka kamu pun tak pernah memiliki Nun.


3.    Tokoh Bawahan
1)    Prof. Bams
a.    Melalui penggambaran tokoh:
“Bum” terdengar suara tumpukan kertas yang dibanting di atas meja kayu jati mengkilap.
b.    Melalui cuplikan pembcaraan tokoh:
“Leonardo da Vinci, Mim, apa hubungannya dengan penelitianmu?”

2)    Nenek Wesa
a.    Melalui penggambaran perilakunya:
“prrriiittt, prrriiiittt, prrriiiittt...,”terdengar suara peluit ditiup oleh seorang memel yang sedang mengatur area parkir di toko tersebut.”
b.    Melalui cuplikan pembcaraan tokoh:
Ahlan wa sahlan

3)    Bu Juminten
Adalah seorang pemilik warung gudeh yang bersebelahan dengan halte bus di Yogyakarta.
4)    Uwes, Coki, dan Didi
Adalah sohib-sohib Alif, para group peneliti fungky. Mereka ini sama-sama  mahasiswa jurusan arsitektur, namun kasus yang mereka teliti jauh meleset dari bidang keilmuan mereka. Seperti salah satu contoh kasus,”Bagaimana ekspresi kucing bila sedang bahagia, heren, tertawa, menagis, bingung, atau rindu.
5)    Bibe
Adalah seorang office lady di sekolah musik mm. Bibe memiliki ikan kesayangan dalam aquarium di samping Bibe.
6)    Guru Noe
Adalah guru Mim di kelas privat gitar klasiknya yang juga merupakan teman guru Abu.
7)    Dokter
Dokter adalah seorang yang hendak mengobati Mim soal Mim sakit demam tingi. Namun, ternyata dokter ini adalah dokter spesialis dokter anak.
8)    Mpok Iyem
Adalah pembantu dokter
9)    Cantika
Adalah seorang gadis yang baru saja berkenalan dengan Alif saat di rumah sakit waktu Alif mengantarkan Mim untuk berobat.
10)    Rumi dan Rumi kecil
Adalah istri paman hasan yang sangat dicintainya dan disayanginya serta anaknya. Namun Allah menguji imannya dengan meninggalkan kedua orang yang dicintainya dengan waktu yang bersamaan. Rumi meninggal pada saat melahirkan Rumi kecil yang cantik. Rumi kecil mendampingi Rumi di surga.

11)    Poppy
Adalah pacar Alif pada saat SMA.
12)    Engkong Bobi
Adalah tetangga rumah Alif dan Mim, engkong Bobi seorang kakek-kake tua yang sedang pada bunga dan binatang.
13)    Ibu Fatimah
Adalah seorang penumpang becak yang tinggal di blok E dan diantarkan oleh Alif untuk menjalani hubungan dari tukang becak gara-gara  lepas kendali saat Nun men-dribel bola dan bola tersebut mengenai becak.
14)    Dokter Iwan
Adalah dokter keluarga di keluarga Nun dan juga dokter yang mengobati Nun saat Nun menghadapi penyaki Avicenna.
15)    Ibu Ctaherine dan Barbara
Adalah dua orang ibu dan anak yang bertemu dengan Nun kecil di taman kota saat ibu Caterine sedang mencari Barbara (putrinya) saat ia hilang.
16)    Anna
Adalah istri guru Abu yang telah meninggal dunia saat Nun kecil berusia hingga 3 tahun akibat penyakit kanker yang merenggutnya.
17)    Pak Haji Omar
Adalah tetangga rumah guru Abu dan Nun kecil yang marah pada saat guru Abu dan Nun kecil lupa mematikan musik ketika guru Abu hendak mengantarkan Nun kecil ke sekolah.
4.4 Hal yang menarik dalam Novel
Hal menarik dalam novel Cintaku Bersemi di Padang Arafah adalah pengarang menampilkan tokoh utama yaitu Mim yang berusia 20 tahun dan kuliah di Fakultas Hukum di Jogjakarta. Tokoh utama dalam novel tersebut yaitu Mim yang merupakan gadis yang  shaleh, tekun beribadah, serta santun walaupun kini kedua orang tuanya telah tiada karena meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat.
Dalam novel ini Mim merupakan tokoh utama yang mana ia mencintai pria yang lebih muda dari umurnya. Namun, hal itu tidak membuatnya merasa malu untuk mencintai pria tersebut. Pria itu bernama Nun, ia tinggal bersama pamannya, sedangkan ibunya berada di pakistan. Kedua insan ini saling mencintai tapi apalah daya, Nun harus kembali ke Pakistan tempat ibunya berada. Namun saat Nun berangkat ke Pakistan, pesawatnya jatuh dan keadaannya tidak diketahui, apakah Nun masih hidup? Hingga sepuluh tahun kemudian  belum ada kabar tentang Nun. Apakah ia masih hidup atau sudah meninggal. Tetapi Mim selalu merasa bahwa Nun masih hidup dan suatu saat Nanti Nun akan menjemput dirinya. Sosok Mim selalu menunggu Nun walaupun hingga kini belum jelas. Kesetiaan dan kesabaran Min terhadap Nun tidak akan terkalahkan oleh siapapun hingga ia membatalkan rencana pernikahannya dengan guru Abu hingga ia lebih memilih menunggu Nun. Tetapi kini Allah membuka jalan untuk mereka berdua hingga mereka akhirnya bertemu di padang Arafah sat mereka melakukan ibadah umrah. Tepatnya di Tugu Putih Jabal Rahmah (bukit kasih sayang) yang mana disanalah tempat pertemuan yang mengharukan antara Nabi Adam AS dan Siti Hawa, dengan demikian Mim dan Nun juga melangsungkan  pernikahan mereka di sana.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

    Analisis novel yang berjudul Cintaku Bersemi di Padang Arafah karya Raviaty Doni berdasarkan alurnya novel ini menguraikan cerita dengan alur maju mundur, yang mana pengarang menceritakan masa lalu dan berulang di masa sekarang lagi, dengan akhir pada masa sekarang. Dari segi latar, pengarang menceritakan tempat,waktu, dan keadaan, kebanyakan tempat yang ada dalam cerita ini adalah di rumah Mim dan rumah sakit, dari segi waktu kebanyakan siang hari. Dan dari segi keadaan atau latar sosial budaya yakni menggambarkan keadaan yang Islami sebagaimana cerita pengarang  menggambarkan kesolehan serta ketekunan beribadah bagi tiap-tiap tokoh dalam novel tersebut.

5.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada di dalamnya. Untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi segala kekurangan yang ada dalam makalah ini. Setidaknya, makalah ini dapat dijadikan sebagai reerensi yang dapat dibaca dan dipelajari ulang.
 
DAFTAR PUSTAKA


Doni, Ravianty. 2008. Cintaku Bersemi di Padang Arafah. Yogyakarta: Cakrawala.

Hidayat, Ahid. 2009. Kontra Propaganda dalam Drama Propaganda, Sejumlah Telaah. Kendari: FKIP Unhalu.

Mahayana, Maman. 2007. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

La Niampe, dkk. 2008. Teori Sastra. Kendari: FKIP Unhalu.

0 komentar to “Analisis Novel "Cintaku Bersemi di Padang Arafah" karya Ravianty Doni”

Posting Komentar

 

Jurnal Eka Mustika Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates