Cute Kawaii Hissy Fit Kaoani

Minggu, 18 Desember 2011

LAPORAN KUNJUNGAN BELAJAR DI GRAHA PENA

,
Jum’at 13 Mei 2011 kami mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2008 yang memprogramkan mata kuliah penyuntingan berkunjung ke Graha Pena untuk melihat langsung proses penyuntingan dan pencetakan Koran kendari pos. sebelum kami melihat langsung bagaimana cara penyuntingan dan pencetakan Koran kendari pos, terlebih dahulu kami diberikan pengantar-pengantar oleh Sawaludin Lakawa yang memiliki kedudukan sebagai wakil ketua redaksi di graham pena. Secara singkat sawaludin memberikan penjelasan-penjelasan mengenai kendari pos. kamipun secara seksama menyimak penjelasan yang diberikan sawaludin okawa, Bahwa Kendari pos merupakan harian nasional pertama di Sulawesi Tenggara (Sultra). Sebelumnya, Kendari Pos adalah surat kabar umum yang terbit sekali seminggu yang kadang-kadang tidak teratur dengan nama Media Karya, kemudian berubah menjadi Media Kita dan terakhir 9 September 1999 berubah lagi menjadi Kendari Pos. Kendari Pos mulai terbit secara harian setelah bergabung dengan Jawa Pos Media Group sejak 4 September 1995. Penerbitan ini pertama kali berdiri tanggal 6 Juni 1970 dengan nama Media Karya. Berawal dari usaha keluarga yang didirikan P.P Bittikaka bersama saudaranya Benyamin Bittikaka, dan anaknya Jerry Bittikaka. Mereka mendirikan Yayasan Karya Pers Nasional. Setelah mengantongi SIT (Surat Izin Terbit) dari pemerintah terbitlah surat kabar umum mingguan Media Karya setipis empat halaman yang berkantor di rumah tinggal P.P Bittikaka. Mereka tidak punya mesin cetak sendiri sehingga untuk mencetak koran harus ke Makassar (Sulawesi Selatan). Oplahnya sebanyak 5.000 eksemplar beredar hingga ke desa-desa.
Setelah 16 tahun berjalan kemudian berubah nama menjadi Media Kita sebab nama Media Karya telah diminta Departemen Penerangan (Deppen) untuk digunakan sebagai nama penerbitan DPP Partai Golkar. Deppen pun meminta agar pengelola Media Karya mencari nama lain, dan setelah P.P Bittikaka mempertimbangkan sehari semalam maka jatuhlah pada pilihan nama Media Kita. Media Karya dengan nama baru Media Kita terus terbit secara periodik (mingguan). Pada saat itu pun dilakukan kerjasama dengan Kanwil Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Parpostel) Sulawesi Selatan-Tenggara (Sulselra). Bersama Media Kita, Deparpostel membentuk badan usaha perseroan terbatas (PT) yang berkantor di Makassar. Seluruh proses redaksi dan manajemen perusahaan dipusatkan di Makassar. Di bawah manajemen baru, walau masih terbit mingguan namun surat kabar tersebut mulai berkembang. Terbit 12 halaman full colour dengan oplah mencapai 10.000 menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Beritanya sebahagian besar mengangkat kepariwisataan. Manajemen kerjasama dengan instansi pemerintah tersebut menganut sistem fifty-fifty. Namun hanya berlangsung 10 bulan karena baik pengurusan maupun penyandang dana merasa tidak mampu menarik keuntungan dari penerbitan tersebut. Berhenti bekerjasama dengan Kanwil Deparpostel Sulselra pengelolah Media Kita tidak menyerah. Sebagai wartawan yang merintis pers di Sulawesi Tenggara, P.P Bittikaka tetap berupaya menerbitkan surat kabar seperti semula. Tentu dengan segala keterbatasan. Untuk mewujudkan terbitnya Media Kita secara harian, melalui Fajar Group, disuntikkan dana segar untuk membangun kantor semi permanent di Jalan Malik Raya No.4 Kendari, yang kemudian digunakan untuk pengelolaan sehari-hari, baik sebagai kantor redaksi, perusahaan, percetakan dan iklan, hingga September 2004. Jawa Pos Media Group juga memberikan bantuan berupa pembinaan manajemen. Sebelum terbit, awak Media Kita terlebih dahulu mengadakan magang di Group Jawa Pos, baik di Harian Jawa Pos Surabaya maupun Harian Fajar Makassar. Bahkan awal pengoperasian penerbitan harian, didatangkan tenaga teknis dari Surabaya (Jawa Pos) maupun dari Makassar (Fajar), baik teknisi mesin cetak maupun pra cetak hingga beberapa bulan.
Tanggal 9 September 1999, harian pertama dan terbesar di Sulawesi Tenggara tersebut berubah nama menjadi Kendari Pos, dari Media Kita. Perubahan nama itu, menurut P.P Bittikaka untuk menyikapi perkembangan zaman, yang sebelumnya pada zaman Orde Baru kehidupan pers dibelenggu dan berubah menjadi era keterbukaan (reformasi) sehingga siapapun bebas mendirikan koran. Jadi asumsinya, yang bakal menjadi koran utama di Sultra adalah koran yang menggunakan nama ibukota provinsinya, yaitu Kendari maka dipilihlah nama Kendari Pos. Kebijakan perubahan nama juga seiring dengan perubahan nama koran Jawa Pos Group di berbagai daerah,misalnya Manuntung menjadi Kaltim Pos, Mercusuar menjadi Radar Sulteng, dan lain-lain.
Setelah Sawaluddin Lakawa menjelaskan kepada kami megenai latar belakang kendari pos, ia juga sedikit membahas mengenai struktur organisasi kendari pos, yaitu sebagai berikut:

DIREKTUR

REDAKSI

BISNIS

KEPEGAWAIAN

PEMASARAN

Selain itu kami juga di beritahukan tiga belas rukun iman berita, yaitu sebagai berikut:
1.    Unsure signifikan
2.    Unsure kedekatan
3.    Unsure human interest
4.    Unsure actual
5.    Unsure ketokohan
6.    Unsure ketegangan
7.    Unsure pertikaian
8.    Unsure eksklusif
9.    Unsure dramatis
10.    Unsure umur
11.    Unsure unik
12.    Unsure seks
13.    Unsure pertentangan

Selanjutnya materi kedua kami dapatkan dari Bp. Onggi Nebansi, baliau menjabat sebagai redaktur pelaksana. Materi yang beliau berikan kepada kami yaitu mengenai layout atau pengaturan tata letak gambar pada Koran.
Setelah kami semua diberikan penjelasan mengenai kendari pos, kami diberi kesempatan untuk melihat langsung bagaimana cara menyunting sebuah tulisan hingga menjadi sebuah berita. Selain itu kami juga diperbolehkan untuk melihat langsung tempat percetakan Koran kendari pos, dan disanlah tercipta sebuah Koran yang layak diedarkan dimasyarakat.

0 komentar to “LAPORAN KUNJUNGAN BELAJAR DI GRAHA PENA”

Posting Komentar

 

Jurnal Eka Mustika Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates