Cute Kawaii Hissy Fit Kaoani

Selasa, 06 Desember 2011

TIPOLOGI CERPEN BIDADARI ITU DIBAWA JIBRIL (A. MUSTOFA BISRI), ROBOHNYA SURAU KAMI (AA NAVIS), DAN BACAAN AL QUR’AN BUAT SIMBAH (MITA EL RAHMA)

,
     Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu ternyata sangat berkaitan dengan  hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, dan pendidikan. Jadi tidaklah mengherankan jika seorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang  melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembaca akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah, dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.
     Hal tersebut akan dibahasakan dalam tulisan ini, yang mana tulisan ini akan mengungkap “kenyataan” dunia cerpen yang sebenarnya. Didasarkan atas tiga buah cerpen yang dipilih secara khusus karena ternyata cerpen memperlihatkan tipe-tipe yang berbeda, tergantung dunia yang diakrabi pengarangnya. Dalam tipologi yang sederhana ini, setidaknya ada cerpen yang menampilkan tokoh yang perilakunya dapat dijadikan sebuah pelajaran berharga dalam hidup ini. Berdasar agama dan nonagama, ada cerpen yang bersifat religius, dan tentu saja ada cerpen yang mengisahkan tentang kehidupan, serta percintaan.
     Namun, dalam tipologi ini akan membahas tentang cerpen yang bersifat religius atau lebih tepatnya Islam. Ketiga cerpen yang dipilih antara lain: Bidadari itu DIbawa Jibril (A. Mustofa Bisri), Robohnya Surau Kami (AA Navis), Bacaan Al Qur’an Buat Simbah (Mita El Rahma).
Tokoh
     Alur dalam cerpen sebenarnya beragam dan memiliki daya tarik masing-masing dalam hal detil atau rangkaian katalisnya. Namun secara garis besar, cerpen yang bersifat religius pola umumnya adalah demikian: seorang Gus yang sering berceramah atau mengadakan pengajian-pengajian di lingkungan masyarakat. Ada juga yang memiliki pola demikian: seorang yang rajin beribadah seperti shalat pada waktunya, puasa senin kamis, shalat dhuha, rajin membaca kita suci Al Qur’an, intinya taat terhadap aturan agama. Ketika ia diperhadapkan dengan berbagai cobaan ia tetap ikhlas dan bertawakkal namun sebaliknya pada beberapa cerpen tertentu, setelah menghadapi berbagai cobaan ia tetap ikhlas dan bertawakkal namun sebaliknya di beberapa cerpen tertentu, setelah menghadapi berbagai cobaan atau justru mendapatkan aliran sesat akhirnya mereka bunuh diri atau murtad. Dalam cerpen Bidadari itu Dibawa Jibril, Hindun merupakan seorang wanita yang taat terhadap syariat agama Islam serta rajin beribadah justru keluar dari agama Islam (murtad) setelah mengikuti ajaran sesat ketika mengikuti pengajian.
     Dalam cerpen Robohnya Surau Kami, seorang kakek yang setiap harinya menjaga surau dan semata-mata melakukan ibadah kepada Allah, meninggal akibat bunuh diri setelah mendengar bualan dari Ajo Sidi. Dalam cerpen Bacaan Al Qur’an Buat Simbah, Ulya mendapat pesan dari simbahnya tentang Islam dan syariat serta perintah agar membaca sepuluh kali shalawat setiap habis shalat, sehari sebelum berangkat kuliah ke Semarang hingga akhirnya ia  kembali ke Kudus hanya untuk melihat si mbahnya yang sakit dan akhirnya meninggal dunia dengan senyum indahnya setelah ba’da Ashar bacaan Al Qur’an, Surah Yasin, Surah Al Fatihah, dan Manaqib pun sudah rampung dilantunkan Ulya.
     Variasi kisah cerpen yang bersifat religius bisa lebih banyak lagi, tetapi secara keseluruhan pola umum tersebut selalu hadir. Itulah salah satu konvensi genre yang bersangkutan dalam sintak naratif. Alur yang demikian berkaitan dengan tema utama nilai-nilai yang dipegang oleh para tokohnya.
Sebagaimana digambarkan di atas mereka adalah tokoh-tokoh yang rajin beribadah seperti shalat pada  waktunya, puasa senin kamis, rajin membaca kitab suci Al Qur’an dan sebagainya. Ada beberapa ciri yang menonjol pada tokoh yang patut dibahas.
Taat terhadap syariat Islam
     Tokoh-tokoh cerpen, terutama tokoh utamanya, mereka taat terhadap syariat Islam serta rajin beribadah, seperti shalat pada waktunya, puasa senin kamis, rajin membaca kitab suci Al Qur’an.
Namun mereka adalah tokoh-tokoh yang mudah terpengaruh oleh orang lain meskipun itu melanggar syariat Islam, tetapi berbeda dengan Simbah yang tetap berada di jalan yang benar.
Sifat-sifat atau kecenderungan yang kontradiktif
     Tokoh-tokoh yang terdapat dalam ketiga cerpen yang dianalisis sangat religius, ditampilkan dengan penuh kontradiksi. Mereka rajin beribadah, dan juga mengikuti acara-cara pengajian.
Mereka tampil cantik, anggun, serta berjilbab bagi tokoh wanitanya. Di balik kerelijiusannya, mereka mudah terpengaruh oleh omongan-omongan orang lain meskipun itu salah, sehingga mengakibatkan terjadinya perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan sangat dibenci oleh Allah. Selain itu, dalam cerpen ini ada juga tokoh yang selalu berada di jalan Allah hingga ia tua dan akhirnya meninggal.
Tema
     Ada beberapa tema yang menonjol dalam cerpen tersebut, yaitu kemanusiaan dan keagamaan.
Keagamaan
     Tema keagamaan kuat dalam ketiga cerpen yang dibahas, menampilkan tokoh yang taat terhadap syariat dalam agama Islam. Kakek yang biasa disebut garin itu tinggal di sebuah surau. Setiap harinya dia hanya melakukan ibadah kepada Allah dan tidak memiliki pekerjaan selain hanya hidup dari sedekah orang-orang dan juga dari  hasil pemunggalan ikan mas. Hindun seorang muslimah yang taat kepada keluarga dan juga kepada Allah. Simbah juga merupakan tokoh yang taat beribadah kepada Allah, setiap habis shalat maghrib ia selalu melakukan manaqib sambil menunggu shalat isya, serta mengajar anak-anak kecil membaca Al Qur’an, setiap hari ahad, Simbah tidak pernah absen mengikuti tahtiman di mushalla.
Kemanusiaan
     Bagi mereka, ibadah merupakan sesuatu yang wajib dilaksanakan dan sangat penting bagi kehidupan mereka karena dengan adanya ajaran agama maka manusia akan tetap menjalani hidup ini dengan tenang. Tetapi dalam cerpen yang dianalisis ini tokoh kakek meninggal bunuh diri setelah mendengar bulana dari seorang pembual yaitu Ajo Sidi, ini merupakan perbuatan tercela yang dilakukan oleh tokoh kakek. Tokoh Hindun keluar dari agama Islam setelah mengikuti group-group pengajian, ini merupakan perbuatan umat manusia yang sangat dibenci oleh Allah. Tokoh simbah justru berbeda dengan tokoh yang lain. dalam cerpen ini Simbah selalu memberikan pesan-pesan yang baik kepada cucunya dan disaat dia sedang menghadapi sekaratul maut. Ia menginginkan cucunya (Ulya) untuk melantunkan manaqib dan juga menginginkan orang-orang untuk membaca Al Qur’an untuknya.
Ruang publik dan ruang pribadi
     Cerpen yang dianalisis dalam tulisan ini mengambil seting yang sederhana yaitu di perkampungan. Selain itu, ruang-ruang yang tampil sangat lazim dikunjungi umat manusia khususnya bagi umat Islam.
Ruang-ruang tersebut sangat berkaitan dengan mereka. Yang mana mereka melakukan pengajian-pengajian serta shalat di masjid ataupun di surau dan juga mushalla. Selain di masjid, surau, atau mushalla, dalam cerpen ini juga ditampilkan rumah sakit yaitu ruang ICU.
Kesimpulan
     Tokoh-tokoh utama dalam cerpen tersebut merupakan tokoh-tokoh yang taat terhadap syariat Islam dan hidup sederhana serta apa adanya. Faktor agama sangat mempengaruhi mereka karena tanpa agama mereka tidak dapat menjalankan hidup dengan tenang. Kemanusiaan, dalam hidup ini kita harus memiliki sifat kemanusiaan.
     Cerpen memiliki nilai-nilai positif sendiri bagi semua pembacanya. Genre ini mempunyai segi gramatik yang kuat, melalui contoh perilaku yang baik, mengingatkan untuk berbuat demi satu tujuan dalam hidup. Tetapi sebaliknya, contoh perilaku yang tidak baik akan menjadi sebuah pelajaran berharga dalam hidup ini.

0 komentar to “TIPOLOGI CERPEN BIDADARI ITU DIBAWA JIBRIL (A. MUSTOFA BISRI), ROBOHNYA SURAU KAMI (AA NAVIS), DAN BACAAN AL QUR’AN BUAT SIMBAH (MITA EL RAHMA)”

Posting Komentar

 

Jurnal Eka Mustika Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates