Cute Kawaii Hissy Fit Kaoani

Selasa, 06 Desember 2011

SOSOK

,
Inilah sosok yang mempunyai inspiratif  tinggi. Sosok yang biasanya dikenal dengan nama Arham. Nama ini mungkin  kedengarannya di mata sebagian masyarakat Sultra tidaklah begitu dikenal. Namun bagi masyarakat penikmat sastra lelaki yang punya nama lengkap Arham Rasyid ini tampaknya sudah tidak asing lagi didengar. Lulusan sarjana jurusan arsitek Unhalu ini mengaku awal ia menulis bermula dari sebuah keisengan. Dimulai dari dunia maya (blog, yang kemudian lanjut ke facebook). Pada awalnya ia hanya menuangkan ide yang ada di benaknya melalui tulisan, dan sebagai wahana curhat. Tanpa disangka- sangka, tulisan yang mulanya hanyalah sebuah curhat, ternyata banyak digemari oleh pera pembaca. Melalui konsultasi lewat teman- teman di blog, beliau disarankan untuk membukukan tulisannya.
Setelah melihat ternyata banyak yang menyukai tulisannya, ia mulai membukukan tulisannya. “Itu pun saya ambil dari tulisan yang banyak digemari oleh pembaca. Awalnya saya mencetak sendiri, murni kerja sendiri sekitar 100 eksamplar yang kemudian saya bagikan pada taman- teman dekat”. Ujarnya. Sambil bercerita ia berusaha mengingat bagaimana awal atau sebab beliau dihubungi oleh Gramedia Pustaka Utama yang berada di bawah naungan PT. Gramedia untuk membukukan tulisan- tulisannya. “Saya lupa bagaimana awalnya”. Pertama kali saya dihubungi Gramedia, saya belum menanggapi hal tersebut. Ini dikarenakan rasa kurang percaya diri (gak pede) ujarnya. Namun, karena adanya dorongan dan motivasi dari teman- teman akhirnya ia setuju.
Untuk pertama kali cetak (2008) dengan buku yang berjudul Jakarta Underkompor sekitar 500 exsamplar. Karna banyaknya permintaan, dalam satu minggu ditambah lagi 500 examplar. Prestasi yang sangat membanggakan. Melalui internet pula, pria yang berkulit hitam manis ini mulai mempostingkan gambar. Selain penuh inspiratif, iajuga merupakan sosok yang sangat kreatif. Karena gambar- gambarnya yang kreatif ia juga pernah ditawari oleh Gramedia  untuk membuat buku- buku komik.  “Tapi karena koleksi gambar saya belum terlalu banyak,  saya belum terima tawaran itu” ujarnya.
Pria yang dilahirkan pada tanggal 19 Desember 1979 ini ternyata sudah mulai menulis ketika masih duduk di bangku kuliah. Hal ini terbukti dari prestasi-prestasi  dibidang kepenulisan. Ia pernah juara 1 lomba karya tulis kisah inspiratif,  yang diterbitkan dalam buku Antologi kisah- kisah inspiratif, penerbit Sekolah Kehidupan Jakarta. Juara 1 karikatur benfis 2003. Juara 1 Pekan Seni Mahasiswa Indonesia Nasional 2002 di Jogja. Juara 1 dan 2 dalam kegiatan PORSAF. “Masih ada sebenarnya prestasi- prestasi saya yang lain, tapi saya sudah lupa”. Ujarnya.
Untuk menjadi seorang penulis bukanlah hal yang mudah. Namun, jika ada kemauan, menulis menjadi hal mudah. Menurut suami dari Ismayanti yang menikah pada tahun 2009 ini, Ada beberapa kiat- kiat khusus yang selama ini dilakukannya, misalnya mengumpulkan ide. Menurutnya mengumpulkan ide menjadi salah satu faktor terpenting untuk memulai sebuah tulisan. Selain mengumpulkan ide ia juga tak lupa membawa notes kemana pun pergi, karena ide bisa muncul kapan saja dan di mana saja. Ketika ide itu muncul, segeralah menulis ide tersebut.
“Ide itu sifatnya spontan, kadang kalau saya lupa bawa catatan ,biasa juga catat di hand phone,” kata Arham.
Selian beberapa ide briliant dari penulis muda tersebut, ternyata, ia juga gemar mengunjungi warung internet, membaca buku, dan mempublikasikannya di jejaring sosial. Jadi, jangan heran kalau kumpulan bolg-blog Arham pun jadi beberapa buku yang digandrungi anak-anak muda.
Meski memiliki beberapa trik jitu, bukan berarti hal itu dapat melahirkan karya yang fenomenal, apa lagi best seller. Penggila bola ini mengaku, untuk melahirkan karya yang the best ia pun harus pandai-pandai melihat peluang, jendre apa yang sedang digemari oleh masyarakat, utamanya kawula muda.   
“Kalau mau buku kita best seller, kita harus tau bacaan apa lagi yang jadi pasaran untuk anak muda,” katanya.
Meskipun sudah pernah menghasilkan karya best seller ia mengaku memiliki tokoh ideal yang ia banggakan.   Pria yang telah dikaruniai seorang putri, Nur  Khalizah (10 bulan) ini mengaku kagum dengan salah seorang sastrawan lokal Irianto Ibrahim. Meskipun diakuinya, ia memiliki jalur genre yang berbeda, tetap saja ia menganggap, sosok Irianto Ibrahim merupakan sastrawan kreatifnya Kendari.
Untuk menjadi sesuatu yang besar, pasti ada lika- liku di dalamnya. Hal ini pun tidak luput dari Arham . Ada tantangan yang dialami selama menjadi penulis. Seperti, adanya respon negatif.  Justru respon ini berasal dari  orang lokal sendiri.  Adanya kritik melalui blog seorang sastrawan lokal yang beliau tidak mau sebutkan namanya. “Hal ini dikarenakan saya tidak mengangkat budaya lokal”. Ujarnya. Meski ada alasan tersendiri mengapa saya tidak mengangkat budaya lokal. Salah satunya yaitu dari sistem pemasaran. Buku ini diedarkan di seluruh Indonesia. “siapa yang akan membeli buku kita jika kita gunakan budaya lokal”. Ujarnya kemudian. Jika dilihat dari pola pikir dan tren yang ada di kalangan remaja saat ini, mereka banyak mengikuti tren- tren yang ada di televisi. Setelah kita masuk dalam penerbit yang  besar, kita harus membuang rasa idealisme. Dimana, ada editor yang mengatur atau berhak mengubah bahasa penulisan kita. Interferensi dari penerbit. Kita tidak bisa lagi leluasa dengan tulisan kita sendiri. Dimana setelah kita masuk dalam suatu penerbit, maka ada aturan yany mengikat kita dan kita harus patuhi.
Menjadi seorang penulis juga sangat menyenangkan ujar pria yang berkulit hitam manis ini. Setelah kita menjadi penulis, kita akan mempunnyai lebih banyak teman. Selain banyak teman, kita juga bisa kenal dekat dengan penulis- penulis besar seperti Boim Lebon, Dede, Jonru, dst. Selain itu, kwalitas kita juga mulai diperhitungkan. Misalnya kita mulai dipercaya menjadi pembicara dalam forum Lingkar Pena.
“Jangan ragu untuk menulis, intinya adalah percaya diri. Berani publis.  Utamanya anak lokal, agar lebih berkibar di dunia kepenulisan. Dan lebih mengangkat budaya lokal”. Pesan yang diungkapkan Arham ketika hendak mengakhiri pembicaraannya.

0 komentar to “SOSOK”

Posting Komentar

 

Jurnal Eka Mustika Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates